Laman

Selasa, 28 Agustus 2012

Bekas

aku mendengar deburan ombak, bertalu seirama suling yang dinyanyikan
melihat anak kecil menangisi ibunya
yang pergi entah kemana
sedangkan yang lainnya tertawa atas rumah kosong mereka

sendiri kutapaki lorong sempit
meninggalkan jejak kaki menipis lalu hilang bagai debu
tapi coba kau teliti, lihat lebih jeli
benarkan debu itu pergi?

aku pernah berdiri disini
sekali? dua kali?
tapi benarkah aku yang melangkah pergi?
coba lihat lebih teliti lalu pahami

jejakku, takkan pernah mati

Selasa, 26 Juni 2012

BlindSpot

Chapter 2 -Pertemuan-

Pada mulanya aku tidak melihat siapapun, tidak satupun. Meskipun ada beberapa dari mereka yang bersikap ramah atau sekadar bersopan santun menyapa atau mengajakku ngobrol mengenai daerah asalku. Aku melihat ada beberapa mahasiswa yang kelihatannya tertarik kepadaku. Namun mereka semua aku tanggapi dengan seperlunya atau malah sedingin-dinginnya. Tak ada yang menarik perhatianku. Aku selalu menarik diri dari permukaan, masih merasa ini bukan duniaku sebetulnya. Padahal sudah hampir 6 minggu aku disini, di tempat yang asing ini, dan masih terasa asing bagiku setelah sekian lamanya.

Namun, aku tahu itu semua akan berubah setelah pertemuan itu.

Minggu, 24 Juni 2012

Upset

di hati mereka, aku payah
di pikiran mereka, aku hina
di mata mereka, aku bodoh
sekeras apapun aku berusaha, dalam diri mereka aku tetap sama
zona aman yang mereka banggakan, membuatku muak
zona aman yang mereka dapatkan, membuatku marah
mereka tak pernah menjadi diriku
merasakan apa yang aku rasakan
tak pernah, dan tak pernah
cacian dan makian, tepat di hadapanku
lalu meludah di belakangku
Ironi..
Ironi yang sangat kubenci

Kesalahan

bukan, aku bukanlah si HEBAT
juga bukan si pintar
aku tak pernah jadi mereka
mereka yang hidup dalam kepastian
mereka yang hidup dalam keberuntungan
aku tak pernah jadi mereka..
yang aku tahu, aku harus jadi mereka
yang aku tahu, aku harus seperti mereka
tapi tak pernah sekalipun mereka memberitahuku
tapi tak pernah sekalipun mereka menyokongku
yang mereka tahu, aku harus seperti itu..
tahukah kalian? di zona aman itu aku mati
meskipun banyak jalan yang dapat kutempuh, aku seakan lumpuh
tak satupun dari mereka yang dapat ku lihat ataupun ku capai
tahukah kalian? aku sudah mati..
bukan aku bukan si hebat, dan tahukah kalian?
aku akan tetap begitu, di mata mereka

Senin, 18 Juni 2012

Hidden Inside

something that i had hidden





BlindSpot

Chapter 1 -A Whole New World-

Pernahkah kau mengalami hal yang tak pernah sama sekali terbayang olehmu? Hidup di dunia yang sama sekali bukan duniamu? Tinggal bersama orang-orang yang sangat asing bagimu?
Sebenarnya aku benci disini, terlalu terik, terlalu panas, yang kuhirup tiap pagi bukanlah bau lembap pepohonan seperti yang selama 18 tahun ini aku hirup, namun terik mentari, bahkan di pagi hari. Bayangkan itu! Ya mungkin cuma aku yang merasakan tapi bagiku itu memang benar.

Namun disinilah aku berdiri kini. Bukan mauku tentu saja, karena entah kemauan siapa aku mendapatkannya. Bagai lotere saja, namun tak pernah kuharapkan mendapatkannya. Haha! Mendadak saja semua terasa lucu. Baru saja kemarin aku berada di rumah sakit, karena kesalahanku tentu saja, mencoba menggoreskan pecahan cangkir tumpul di nadiku. Dan voilá! Aku dikirim ke tempat ini.

Intermezzo

Jika saya tak bisa menguatkan anda, semoga mereka bisa







Senin, 30 April 2012

Karena Aku Mencintaimu

Hamdan-
"aku telah mengatakannya!! aku telah mengatakan bahwa aku mencintainya!
namun ia tetap berdiri disana, membelakangiku, lalu berkata bahwa itu hanya perasaanku saja,
dia berkata bahwa aku TIDAK mencintainya!!"

Puput-
"aku tahu, dia memang mencintaiku, bahkan aku lebih tahu dari dirinya sendiri
namun aku telah melihat gadis itu, melihat tatapannya saat memandang kekasihku.
percayalah, aku melakukan hal yang benar. karena aku sangat mencintainya." lalu gadis itu tersenyum

---------------------

Hamdan's POV-

"aku mau ngomong," rasa takut itu tercermin dalam suaraku, bahkan aku benci mendengarnya, "please, Sayang."
dia tetap bergeming, seolah tak mendengarku. lalu aku menyerah, aku berbalik beranjak pergi.
"katanya mau ngomong, kok malah pergi? ngomong aja, kak."
aku berbalik, tapi dia tidak beranjak dari posisinya, dia tetap membelakangiku.

"aku...ak-" dia memotongku, "aku tau, aku tau, pasti soal Rista, tenang aja kak aku gapapa kok, aku baik-baik saja"
aku menghampirinya, memeluknya. "aku mencintaimu, lebih dari aku mencintainya" dia melepaskan pelukanku, berbalik menghadapku. betapa terkejut aku saat ku lihat sorot matanya, tak bisa kutebak. aku melihat sakit yang teramat sangat, namun rasa sakit itu tertutupi dengan amat sangat sempurna, sehingga aku ragu.
"kakak, sampai sekarang pun kamu masih membohongi dirimu sendiri, cukup kak. sudah saatnya kamu bahagia," seharusnya kamu melihat senyumnya, begitu tulus, dan rapuh. mataku membelalak, mulutku terbuka, menganga dengan cukup lama. "apa yang kamu katakan put?! kamu ga tau apa yang kamu katakan! kamu ga boleh bilang begitu!"
"aku tau, kak, aku tau apa yang aku katakan barusan." dia meraih tanganku, "justru kakak yang ga tau apa yang baru saja kakak katakan, terlalu lama kakak membohongi perasaan kakak sendiri, aku ga sanggup harus melihat kakak berbohong lagi."
"bagaimana kamu bisa berpikir aku tidak mencintaimu, Hah? kurang dari 2 bulan lagi kita bertunangan, Put!" aku merasa begitu marah padanya, bisa-bisanya dia berbicara seperti itu.
"kalau begitu, boleh aku meminta satu permintaan kak? satu permintaan, agar aku percaya bahwa kakak memang mencintaiku." Ya Tuhan! lihat matanya, lihat dirinya! aku ingin memeluknya! aku tidak sanggup melihat matanya! hentikan, put! hentikan! begitu ingin ku mengatakannya, namun yang keluar, "apa, Sayangku?"
"aku ingin kita berpisah, aku ingin kita berpikir tentang hubungan kita lagi, tapi sebelum itu aku minta waktu kamu selama satu bulan, bersikaplah seperti biasa di depan orang tua kita. setelah itu, urusanku yang membereskan semuanya."
"Putri, dengarkan aku. aku gak mau pisah sama kamu, aku cinta sama kamu." apa-apaan sih dia ini? mengapa dia berpikir seperti itu?
"justru kakak yang dengarkan aku, kalau kakak memang berpikir bahwa kakak mencintaiku. Rista lebih baik- bukan, dia sempurna untuk kakak. aku merelakanmu untuknya, karena kalian saling mencintai." dia menyentuh wajahku, "jangan berpikir bahwa aku sakit, walaupun aku mencintaimu dan kamu tau itu, aku lebih kuat daripada apapun, kak. melihat kakak berusaha mencintaiku, membuatku menderita, kak. maka dari itu, cukup."
aku ingin pergi dari sana, tapi meninggalkannya sendiri, saat begini rapuh? tidak aku tidak mau mengambil resiko.
"aku baru selesai masak, kak, saat kakak datang tadi. aku tau kakak udah kepingin banget pergi, tapi makan dulu ya, kak, kakak pasti belum makan"

Puput's POV-

aku menutup pintu, lalu entah mengapa kakiku terasa sangat lemas. hatiku sangat sakit, nyeri, nyeri sekali. aku tidak akan menangis, atau malah aku tidak bisa menangis.

Ya Tuhan, terima kasih, kau memberiku kekuatan untuk mengakhirinya. aku yakinkan diriku sendiri bahwa ini yang terbaik, bahwa ini memang yang terbaik.
setidaknya aku sudah melewatkan bagian terburuk saat dia menunjukkan sorot mata sedihnya, frustasi, dan takutnya itu. ada bagusnya juga aku memperhatikan halaman rumahku yang kini basah karena air hujan.
sekuat tenaga aku tutupi perasaanku yang sesungguhnya saat bicara dengannya, dan sepertinya berhasil.

"sebulan..." ucapku lirih dalam hati, aku menghela nafas.

Hamdan's POV-

aku kemudikan mobilku secepat mungkin, aku ingin berteriak- bukan, aku perlu berteriak.
semuanya salahku, salahku menguji cintaku padanya dengan menjadikan Rista kekasihku, salahku memberikan nomor Puput pada Rista sehingga dia menceritakan semua pada Puput, salahku berkata bahwa aku mencintai Rista.

saat sampai di daerah Bogor aku belokkan mobilku, pergi ke rumah sahabatku.

Puput's POV-

aku angkat telfon itu, langsung mengenali suara di seberang sana

"Assalamualaikum, kenapa Gung?" tanyaku
"Waalaikumsalam, Put, lu tuh kenapa sih? kok mutusin hamdan gitu?" lalu aku mulai mendengarkan ceritanya melalui ponsel, sampai dia selesai, aku hanya menjawab "Gung, tolong kuatkan dia, yakinkan dia bahwa ini yang terbaik, dan aku tahu, dia memang mencintaiku, bahkan aku lebih tahu dari dirinya sendiri namun aku telah melihat gadis itu, melihat tatapannya saat memandang kekasihku. percayalah, aku melakukan hal yang benar. karena aku sangat mencintainya."
"tapi kenapa harus gini sih, Put?" Agung sepertinya sudah menyerah.
"ini yang terbaik, percaya deh sama gue" lalu agung mengakhiri telfonnya

aku mulai mengetikkan pesan untuknya

Gung, ada sesuatu yang ga bisa aku bilang sekarang. tapi pada saatnya nanti kamu akan tau. jangan katakan ini sama kak Hamdan ya, please :)

tak ada balasan

writer's POV-

mereka menjalani hari-hari mereka selama sebulan itu, seakan tak ada masalah apa pun diantara mereka. orang tua mereka sangat bahagia, itu yang diinginkan oleh puput. minggu ke-3, Hamdan melihat sesuatu yang aneh pada diri Puput. dia semakin kurus, wajahnya semakin tirus, dan pucat, sampai pada akhirnya di hari ke-4 minggu terakhir kebersamaan mereka, Puput jatuh pingsan, dan tepat sebulan kebersamaan mereka, ia meninggalkan semua yang ia cinta.

dokter mendiagnosa penyakitnya, pada hari yang sama saat Hamdan mengatakan bahwa ia mencintai Rista. kanker yang selama ini merenggut kesehatannya, yang tak pernah ia ceritakan pada siapapun, orang tuanya sekalipun. Sebulan, itulah sisa waktu yang ia miliki.

Hamdan's POV-

aku membuka surat itu, surat dari dia yang kucinta

Dear Hamdan,

maafkan aku, kak. meninggalkanmu begini cepat. maafkan karena tak pernah aku bercerita kepadamu. aku tak sanggup melihatmu bersedih, tersenyumlah kak. aku sangat menyukai senyummu. kak, aku tahu kamu sangat mencintaiku, ya aku bohong padamu saat itu, agar kamu lebih mudah melupakanku, dan mencintai Rista. aku melihatnya, sorot matanya saat memandangmu, aku merasakan cinta yang begitu besar. karena itu, lupakan aku. cintailah dia seperti dia mencintaimu, aku takkan memaksamu melupakanku kalau kamu tidak mau, tapi aku memaksamu untuk menjadikan dia yang kamu cinta sebagai penggantiku. aku akan bahagia, percayalah kak. sesederhana itu cintaku padamu, kebahagiaanmu adalah segalanya bagiku...

with love,

Ananda Putria

seketika itu jatuhlah air mataku
Aku berjanji padamu, Cintaku. aku akan mengingatmu dalam hatiku dan aku akan mengikuti kemauanmu, seperti dulu saat kamu memintaku membuktikan cintaku padamu.sesederhana itulah cintaku padamu.




-The End- 

Jumat, 06 April 2012

Someone i love, someone i adore


Akhirnya ku menyadari
Hati yang dulu sepi, kini terisi
Menghangatkan sanubari, menguatkan diri
Angin yang mungkin membawanya kemari
Dia, sang pujaan hati

Fatamorgana, seperti itulah ia
Aku hanya bisa menulis kata indah yang juga tak bisa kukatakan padanya
Ungkap segala rasa yang ada di dada, yang menyesakkan jiwa
Zona itu terlalu abu-abu untukku, karena ku tahu sulit bagiku bersamanya
Itulah cinta, kau takkan tahu bagaimana kau mendapatkannya bagaimana kau merasakannya...

Rabu, 21 Maret 2012

Peri

aku disini melihatmu terbang kesana kemari
diam sendiri, menanti sepi pergi
mengitari bunga-bunga
mencoba hilangkan duka

aku terbang dengan sayap kecilku
melawan angin, menuju dahan tertinggi
menatapmu dari kejauhan
tak berani menghampiri

kau terlalu semu bagiku
terlalu abu abu, dengan warnamu yang secerah mentari

kini kusadari
tak bisa ku menjajaki tempatmu berdiri
dengan beribu peri menawan di sisi
yang elok serta rupawan

coba mencuri hati
menggapai cinta
yang tak mungkin aku ikuti

aku hanyalah peri buruk rupa
tak indah juga hati yang kumiliki
mencintaimu adalah luka
mendampingimu sekedar mimpi

wahai peri
aku akan pergi
membawa sejuta luka, menjauhi mimpi
terbang mengitari tanah indah lainnya, hingga ku temukan sang peri sejati...

Sabtu, 17 Maret 2012

Seuntai maaf untuk sahabat

Maaf
kata yang hanya bisa kuucapkan
kata yang hanya bisa mewakili apa yang ku rasa
mewakili segumpal rasa bersalah atas segala

bukan maksudku menghempasmu dari tempat itu
tapi itu mimpiku, serupa dengan mmpimu
bukan maksudku menjatuhkanmu dari tempatmu berdiri
tapi disanalah aku ingin berdiri

maafkan aku yang tak mengerti arti tangismu
maafkan aku yang tak mengerti arti ucapmu
maafkan aku yang tak tahu perasaanmu
maafkan aku.....

Minggu, 11 Maret 2012

Rindu..

kupandangi wajahmu untuk kesekian kali
ku serukan namamu dalam hati
lalu airmata mulai membasahi pipi
sesak di dada mulai menyelimuti

cinta yang kini kurasa penuh di dada
tak bisa terucap, tak bisa terlihat
ku tutup rapat-rapat
hingga rasanya ingin meledak

andai kau tahu
entah apa reaksimu
andai kau tahu bahwa aku mencintaimu
entah bagaimana sikapmu

aku yang belum mengenalmu, begitupun dirimu
namun entah mengapa cinta itu datang kepadaku
semakin hari, semakin dalam
semakin dalam, semakin sakit

Tuhan, adilkah ini bagiku?
mencintai dia yang mencintai bunga yang lain?
engkau yang paling tahu, seberapa besar cinta ini
Kalau dia jodohku, Tuhanku, Allah, maka dekatkanlah kami
namun jika tidak, maka hapus rasa ini Ya Allah...

Sabtu, 10 Maret 2012

Cinta itu Layaknya Angin..

dia..
seperti matahari yang hanya bisa ku lihat
dan kurasakan kehangatannya
seperti angin yang hanya bisa kurasakan desirannya
seperti hujan yang hanya bisa kurasakan dinginnya

dia..
bahkan ku tak tahu seperti apa dia
yang ku tahu hanya namanya
hanya rupanya

kali ini kurasakan lagi hebatnya cinta
dengan tulisannya, aku cinta dia
dengan kata-katanya, aku cinta dia
dengan potretnya, aku cinta dia

dia, cinta yang tak mungkin dan mustahil ku raih
aku terlalu takut untuk berbicara padanya
aku terlalu takut untuk mengenalnya
namun aku cinta dia

haruskah ku pertahankan cinta ini?
atau harus melupakannya?
akankah dia menjadi cinta yang aku tunggu?
ataukah hanya sebuah goresan pengganti luka lama?

entahlah..
tapi yang ku tahu kini
AKU CINTA DIA siapa pun dia....

Senin, 05 Maret 2012

Karena Aku Cinta Dia

Dia
Hal terindah yang pernah kutemui di dunia
Seseorang yang paling menggetarkan jiwa
Anugerah yang sangat ku damba

Ya, aku mencintainya
Mencintai tatapan matanya, cara bicaranya, semua yang ada pada dirinya
Senyum di wajahnya, tangis di matanya, semua kucinta
Yang kuingin hanya dirinya bahagia

Dengarlah wahai cinta
Bukan karena harta aku cinta dia
Bukan karena tampan aku cinta dia
Bukan karena pandai aku cinta dia
Tapi karena dia adalah dia, dan aku hanya ingin dia

Dia menghadirkan pelangi
Dia menerbitkan mentari
Dia membiaskan embun pagi
Di hari-hariku

Aku mencintainya dengan cinta yang sederhana
Menyayanginya dengan perasaan yang serupa
Cinta yang tidak menuntut apapun darinya
Karena aku, cintaku hanya dia

Sebuah Bayangan


Bayangan itu selalu mengusikku
Mengganggu tidur nyenyakku
Menghantui hari-hariku
Membuat aku resah akan hadirnya

Bayangan itu alasan beribu cerita dan puisi yang kubuat
Alasan mengapa air di mata ini terus mengalir
Menjadi jawaban dalam tanyaku
Menjadi pencerah dalam gelapku

Ya, aku merasakannya
Sekalipun aku terus berusaha mengenyahkannya
Aku akan menjadi seperti ruang yang kosong saat itu juga
Seperti dia adalah bagian dari hidupku

Ya, aku mengetahuinya
Sekalipun aku tertatih, terjatuh, dan terjerembab sekalipun
Sekalipun aku tersungkur dan menangis sejadinya
Aku harus mengenyahkannya

Tahukah kau bayangan siapa itu?
Pahamkah engkau siapa bayangan itu?
Bayangan yang selalu dan terus ada di hidupku?
Kamu, bayangan itu adalah kamu...

Dia...

        Ini adalah sebuah cerita mengenai Dia. Aku tidak tahu apa yang akan kalian pikirkan, para gadis, jika melihatnya, karena sejauh pengalamanku pendapatku dengan kalian sangat berbeda. Bagiku, dia tidak tampan, tapi ada yang menarik dalam matanya, itu yang aku suka, yang membuatku jatuh cinta. Sikapnya dan sifatnya, jangan tanyakan padaku karena aku akan menjawab bahwa aku sangat tidak menyukai keduanya. Tapi aku tidak akan membahas seperti apa rupanya.
         Dia, aku tidak tahu. Terakhir kali kami menjalin hubungan, dan berakhir dengan sangat menyakitkan untukku, dia selalu berkata bahwa dia tidak pernah mencintaiku. Ya setidaknya itu yang kutangkap dari perkataannya padaku. Namun jika kau melihat sendiri bagaimana sikapnya padaku, maka kau akan berpikiran lain, bahwa dia sangat mencintaiku. Dia selalu menyakitiku dengan perkataannya, namun setelah dipikir mungkin dia melakukan itu agar aku tidak jatuh cinta padanya. Ya, bukan dirinya lah yang membuatku jatuh cinta, namun matanya. Aku selalu jatuh cinta kepada seseorang dengan melihat matanya. Oke, aku bukan menceritakan diriku, tetapi Dia.
Dia, seseorang yang tak pernah mau kehilangan diriku barang sekejap mata. Sekeras apapun aku melepaskan diri, sekencang apapun aku berlari, seakan aku tak bisa mengurai ikatan itu, dan aku masih saja berada dalam labirin kehidupannya.
Jika kau menjadi aku, kalian akan frustasi mungkin. Bagaimana tidak? Saat kau hendak berlari dan pergi melarikan diri, ternyata yang kau temui adalah tebing tinggi atau jalan yang terputus dan pilihan yang kau punya hanyalah untuk mati. Teman-temanku selalu mengatakan “kau itu lemah, Rani! Terlalu berbaik hati, terlalu sabar! Bagaimana mungkin kamu bisa bertahan?”. kalau dipikir-pikir mereka ada benarnya. Tapi ketika kau di posisiku tak ada yang bisa kau lakukan selain menjadi seperti itu.
Pernah ku mencoba untuk menjauhinya, bungkam seribu bahasa, seakan tak mengenalnya. Tapi ternyata Tuhan berkata lain, bahwa jalanku adalah disampingnya. Meski berkali-kali kukatakan padaNya bahwa aku telah lelah berjalan disampingnya, namun disanalah aku sekarang ini. Kami seperti minyak dan air, berdekatan, berdampingan, namun tak bisa bersatu.
Entah sudah berapa banyak gadis mendampinginya, menjadi kekasihnya. Aku, tentu saja membiarkannya. Dia bukan lah siapa-siapa lagi di hatiku, bahkan aku telah mecoba membuangnya dari hidup dan pikiranku berulang kali. Namun dia, entah mengapa dia tak pernah beranjak dari sisiku, menyentuh, tertawa, dan menatapku seperti dulu. Aku bukan gadis yang terlalu lugu untuk tahu apa arti dari tatapan itu, tatapan itu bukanlah tatapan seorang sahabat, atau setidaknya menganggap orang tertentu sebagai sahabat. Melainkan tatapan memiliki, atau tatapan yang menyatakan “kau itu milikku, tak seorangpun boleh memilikimu kecuali aku!” ya semacam itulah sekiranya.
Dia pernah dan selalu bilang padaku bahwa aku akan mendapatkan seorang yang lebih daripadanya. Tapi dari sikapnya padaku bahkan dia tak menginginkanku dekat lelaki manapun. Dia akan mencoba mencari tahu dengan siapa aku dekat saat ini.
Sekali waktu dia bilang padaku bahwa dia tak menyayangiku, tak merasakan apapun padaku. Lalu di waktu lain dia mengatakan bahwa dia sangat menyayangiku, namun tak bisa memilikiku. Lalu dia berkata bahwa pasangan kekasih bisa saja berakhir, namun bersahabat tidak pernah akan ada habisnya.
Tapi aku merasakan sesutatu yang berbeda pada dirinya belakangan ini. Dia tak seperti waktu lalu, sekarang dia sedikit menjauhiku, tak pernah melarangku, tak pernah memarahiku, hanya memandangku dengan matanya itu, lalu pergi kesudahannya. Entah apa yang membuatnya begitu.
Aku berpikir bahwa itu baik bagiku untuk pergi, namun saat ku hendak melangkahkan kaki ini tubuhku seperti terikat oleh magnet kuat yang menahanku lalu saat aku tersadar aku telah berada di sisinya, lagi.....
Ada sebuah fakta yang menarik, dia tak pernah menangis di hadapan kekasihnya kecuali di depanku. Dia menangis di depanku, di hadapanku, hanya di hadapanku, berulang kali. Entah mengapa begitu, aku tak tahu.
Entah mengapa seperti itu dan selalu begitu...

Dia...
Dia, tak mencintaiku tapi juga tak menjauhiku
Dia, tak menyayangiku tapi selalu bermanja-manja denganku
Dia, selalu menyakitiku tapi tak ingin aku pergi darinya
Dia, memperlakukanku dengan berbeda setiap harinya
Dia, dengan sikapnya menyatakan bahwa aku adalah miliknya
Dia, selalu berkata bahwa aku ini sahabatnya, namun bersikap seolah aku ini kekasihnya
Dia, seseorang yang selalu membuat jantungku berhenti berdetak
Dia, seseorang yang selalu membuatku menitikkan airmata
Dia, seseorang yang entah mengapa tak pernah bisa kulupa
Dia, seseorang yang takut mencintaiku karena tak mau kehilangan diriku
Dia, adalah cinta pertamaku untuk yang kedua kalinya.....
Dia, menarik bukan???

Jerit Tanya Hati

Bagaimana bisa aku melupakanmu?
Jika yang selalu kudengar adalah namamu
Yang selalu memanggilku adalah suaramu
Yang selalu menyentuhku adalah tanganmu

Bagaimana bisa aku pergi darimu?
Bila suatu ketika aku berlari, kau mengejarku
Aku menjauh, kau menahanku
Aku menangis, kau menyeka airmataku

Namun, bagaimana bisa aku bertahan?
Jika dekat denganmu dada ini sesak
Jika melihatmu mata ini menangis
Jika mendengar suaramu hati ini sakit

Pernah sekali kau dalam hidupku
Dan ku tak mau ada kedua
Pernah sekali aku mencintaimu
Dan ku tak mau merasakan cinta itu lagi