Laman

Senin, 05 Maret 2012

Dia...

        Ini adalah sebuah cerita mengenai Dia. Aku tidak tahu apa yang akan kalian pikirkan, para gadis, jika melihatnya, karena sejauh pengalamanku pendapatku dengan kalian sangat berbeda. Bagiku, dia tidak tampan, tapi ada yang menarik dalam matanya, itu yang aku suka, yang membuatku jatuh cinta. Sikapnya dan sifatnya, jangan tanyakan padaku karena aku akan menjawab bahwa aku sangat tidak menyukai keduanya. Tapi aku tidak akan membahas seperti apa rupanya.
         Dia, aku tidak tahu. Terakhir kali kami menjalin hubungan, dan berakhir dengan sangat menyakitkan untukku, dia selalu berkata bahwa dia tidak pernah mencintaiku. Ya setidaknya itu yang kutangkap dari perkataannya padaku. Namun jika kau melihat sendiri bagaimana sikapnya padaku, maka kau akan berpikiran lain, bahwa dia sangat mencintaiku. Dia selalu menyakitiku dengan perkataannya, namun setelah dipikir mungkin dia melakukan itu agar aku tidak jatuh cinta padanya. Ya, bukan dirinya lah yang membuatku jatuh cinta, namun matanya. Aku selalu jatuh cinta kepada seseorang dengan melihat matanya. Oke, aku bukan menceritakan diriku, tetapi Dia.
Dia, seseorang yang tak pernah mau kehilangan diriku barang sekejap mata. Sekeras apapun aku melepaskan diri, sekencang apapun aku berlari, seakan aku tak bisa mengurai ikatan itu, dan aku masih saja berada dalam labirin kehidupannya.
Jika kau menjadi aku, kalian akan frustasi mungkin. Bagaimana tidak? Saat kau hendak berlari dan pergi melarikan diri, ternyata yang kau temui adalah tebing tinggi atau jalan yang terputus dan pilihan yang kau punya hanyalah untuk mati. Teman-temanku selalu mengatakan “kau itu lemah, Rani! Terlalu berbaik hati, terlalu sabar! Bagaimana mungkin kamu bisa bertahan?”. kalau dipikir-pikir mereka ada benarnya. Tapi ketika kau di posisiku tak ada yang bisa kau lakukan selain menjadi seperti itu.
Pernah ku mencoba untuk menjauhinya, bungkam seribu bahasa, seakan tak mengenalnya. Tapi ternyata Tuhan berkata lain, bahwa jalanku adalah disampingnya. Meski berkali-kali kukatakan padaNya bahwa aku telah lelah berjalan disampingnya, namun disanalah aku sekarang ini. Kami seperti minyak dan air, berdekatan, berdampingan, namun tak bisa bersatu.
Entah sudah berapa banyak gadis mendampinginya, menjadi kekasihnya. Aku, tentu saja membiarkannya. Dia bukan lah siapa-siapa lagi di hatiku, bahkan aku telah mecoba membuangnya dari hidup dan pikiranku berulang kali. Namun dia, entah mengapa dia tak pernah beranjak dari sisiku, menyentuh, tertawa, dan menatapku seperti dulu. Aku bukan gadis yang terlalu lugu untuk tahu apa arti dari tatapan itu, tatapan itu bukanlah tatapan seorang sahabat, atau setidaknya menganggap orang tertentu sebagai sahabat. Melainkan tatapan memiliki, atau tatapan yang menyatakan “kau itu milikku, tak seorangpun boleh memilikimu kecuali aku!” ya semacam itulah sekiranya.
Dia pernah dan selalu bilang padaku bahwa aku akan mendapatkan seorang yang lebih daripadanya. Tapi dari sikapnya padaku bahkan dia tak menginginkanku dekat lelaki manapun. Dia akan mencoba mencari tahu dengan siapa aku dekat saat ini.
Sekali waktu dia bilang padaku bahwa dia tak menyayangiku, tak merasakan apapun padaku. Lalu di waktu lain dia mengatakan bahwa dia sangat menyayangiku, namun tak bisa memilikiku. Lalu dia berkata bahwa pasangan kekasih bisa saja berakhir, namun bersahabat tidak pernah akan ada habisnya.
Tapi aku merasakan sesutatu yang berbeda pada dirinya belakangan ini. Dia tak seperti waktu lalu, sekarang dia sedikit menjauhiku, tak pernah melarangku, tak pernah memarahiku, hanya memandangku dengan matanya itu, lalu pergi kesudahannya. Entah apa yang membuatnya begitu.
Aku berpikir bahwa itu baik bagiku untuk pergi, namun saat ku hendak melangkahkan kaki ini tubuhku seperti terikat oleh magnet kuat yang menahanku lalu saat aku tersadar aku telah berada di sisinya, lagi.....
Ada sebuah fakta yang menarik, dia tak pernah menangis di hadapan kekasihnya kecuali di depanku. Dia menangis di depanku, di hadapanku, hanya di hadapanku, berulang kali. Entah mengapa begitu, aku tak tahu.
Entah mengapa seperti itu dan selalu begitu...

Dia...
Dia, tak mencintaiku tapi juga tak menjauhiku
Dia, tak menyayangiku tapi selalu bermanja-manja denganku
Dia, selalu menyakitiku tapi tak ingin aku pergi darinya
Dia, memperlakukanku dengan berbeda setiap harinya
Dia, dengan sikapnya menyatakan bahwa aku adalah miliknya
Dia, selalu berkata bahwa aku ini sahabatnya, namun bersikap seolah aku ini kekasihnya
Dia, seseorang yang selalu membuat jantungku berhenti berdetak
Dia, seseorang yang selalu membuatku menitikkan airmata
Dia, seseorang yang entah mengapa tak pernah bisa kulupa
Dia, seseorang yang takut mencintaiku karena tak mau kehilangan diriku
Dia, adalah cinta pertamaku untuk yang kedua kalinya.....
Dia, menarik bukan???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

i don't hate comment. so comment this post, please. i will be glad..:D