Laman

Senin, 18 Juni 2012

BlindSpot

Chapter 1 -A Whole New World-

Pernahkah kau mengalami hal yang tak pernah sama sekali terbayang olehmu? Hidup di dunia yang sama sekali bukan duniamu? Tinggal bersama orang-orang yang sangat asing bagimu?
Sebenarnya aku benci disini, terlalu terik, terlalu panas, yang kuhirup tiap pagi bukanlah bau lembap pepohonan seperti yang selama 18 tahun ini aku hirup, namun terik mentari, bahkan di pagi hari. Bayangkan itu! Ya mungkin cuma aku yang merasakan tapi bagiku itu memang benar.

Namun disinilah aku berdiri kini. Bukan mauku tentu saja, karena entah kemauan siapa aku mendapatkannya. Bagai lotere saja, namun tak pernah kuharapkan mendapatkannya. Haha! Mendadak saja semua terasa lucu. Baru saja kemarin aku berada di rumah sakit, karena kesalahanku tentu saja, mencoba menggoreskan pecahan cangkir tumpul di nadiku. Dan voilá! Aku dikirim ke tempat ini.


Sendirikah aku disini? Tentu saja tidak. Ada bibi dan pamanku disini. Alasan mereka mengirimku kesini sih karena kata mereka dulu aku sangat suka tempat ini, pantainya, makanannya, orang-orangnya- aku sih tidak bermasalah dengan makanan atau penduduk lokal, namun rasanya aneh saat kau terbangun dari tidur barang-barangmu sudah terkemas rapi, orangtuamu duduk dihadapanmu dengan sikap sebagaimana orangtua akan menghukum anaknya yang kabur dari rumah atau kawin lari- bukan berarti aku pernah melihat atau merasakannya ya, aku masih punya akal, kecuali yang telah aku lakukan sebelumnya tentu saja- terlalu.. kaku, lalu mengatakan hal-hal seperti pergi ke tempat lain, menenangkan diri, mencari suasana baru, dan diberi tiket pesawat menuju tempat ini.

Aku bukan anak yang suka membantah, dan terlebih karena aku terlalu terkejut jadi aku terima saja. Lalu setelah berada di pesawat barulah aku menyadari bahwa ini bencana! Bencana untuk diriku sendiri, sudah pasti. Aku mulai panik, bagaimana dengan kuliahku? Setelah aku mendapat kursi di salah satu universitas negeri bergengsi di depok, setelah perjuanganku, aku lepas begitu saja??? Bagaimana dengan sahabat-sahabatku?? Tahukah mereka?? Lalu bagaimana dengan….. Gilang? Tahukah dia aku pergi? Ah, apa peduliku? Aku hanya ingin tahu.

Di mobil, dalam perjalanan menuju rumah bibiku, aku diberitahu bahwa aku sudah mendapat kursi di universitas negeri terkemuka di daerah itu, salah satu yang terbaik di negara ini. Aku sudah tak peduli bagaimana bisa aku mendapatkannya, saat ini tiba-tiba aku merasa letih dan tanganku masih terasa nyeri, padahal jahitannya sudah mengering. Mereka berencana untuk memindahkan aku kesini rupanya, buka untuk “Menenangkan Diri” seperti yang mereka katakan. HA! Seharusnya aku tahu!

Lama aku melamun, tiba-tiba saja tepat di ujung penglihatanku berdiri sebuah rumah indah, aku melihat sekelilingku, bukan, ini bukan kota yang barusan aku lewati tapi mengarah ke pedesaan! Entah mengapa sedikit semangat membuncah kembali dalam diriku. Namun itu tak bisa membohongi bahwa ini bukan duniaku.

Aku menaruh semua barang-barangku di kamar yang telah mereka siapkan untukku. Kamar yang indah dengan aksen kayu dimana-mana, warna kuning lembut dengan wallpaper bunga-bunga kecil indah. Kamarku berada di lantai 2 rumah ini, dan ada balkonnya! Pemandangannya? Jangan tanya, sangat bagus! Aku yakin mereka benar-benar merencanakan ini semua agar aku betah tinggal disini. Nampaknya itu berhasil, karena aku memang mulai menyukainya- bagian dari rumah ini dan kamarku tentu saja, aku masih belum bisa menyukai yang lain-lain.

Bibiku memberitahu bahwa aku sudah harus mulai berangkat kuliah besok pagi, dan karena rumah bibi cukup sangat jauh dari universitas itu maka dia memperbolehkanku menggunakan mobilnya. Setidaknya, tidak terlalu buruk juga tinggal disini. Rumah indah, desa yang nyaman, kamar indah, plus mobil pula. Aku seperti dimanja oleh mereka. Ya masuk akal juga, anak bibi dan pamanku semuanya adalah laki-laki, mereka semua kost di kota- aku sih lebih memilih tinggal disini daripada di kota, setidaknya duniaku masih bisa kurasakan disini- aku belum melihat mereka, hanya samar-samar kenangan tentang mereka dulu sekali sewaktu kami kecil. Aku jadi penasaran seperti apa mereka saat ini. Bibi memang bukan orang yang senang memajang foto, meskipun itu adalah hal yang sangat-sangat biasa dilakukan oleh setiap rumah dimanapun. Tapi karena aku sudah terbiasa dengan hidup yang serba aneh, maka aku santai saja.

Badanku sakit sekali, keletihan akibat perjalanan. Aku ingin segera tidur di tempat tidur yang seperti di film-film itu dengan segala rumbai dan kanopinya. Tapi bibi menahanku untuk memetik bunga di pekarangan, agar bisa ditaruh di vas-vas rumahnya katanya sih. Aku nurut saja, dengan segala fasilitas yang sudah mereka berika padaku, mana mungkin aku menolak untuk sekedar memetik beberapa tangkai bunga saja? Saat aku kembali dari pekarangan dengan bunga-bunga itu, di meja sudah tersaji hidangan, agak tidak masuk akal sepertinya karena bibi menyiapkan salad. Well, salad  itu memang makanan kesukaanku, tapi disini? Aku pikir aku akan makan ikan bakar atau ayam atau gudeg atau makanan sejenis itu dan bukan salad! benar-benar deh.

Setelah makan, aku mandi. Berlama-lama aku berdiri di bawah pancuran, yang airnya sedingin es, membiarkan airnya menusuk-nusuk tubuhku di tempat-tempat yang memang terasa sakit sekali, kecapekan akibat perjalanan. Setelah kukeringkan tubuhku, berpakaian, aku menyerah. Aku putuskan untulk tidur. Lagipula besok pagi aku harus bangun untuk bergegas pergi kuliah.

Oke, besok adalah hari baru, di dunia baru, di tempat baru, orang baru. Aku jadi penasaran di sela kantukku, bagaimana kehidupanku setelah ini. Ya, perjalananku akhirnya baru dimulai. Yogya, berbaik hatilah padaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

i don't hate comment. so comment this post, please. i will be glad..:D