Laman

Sabtu, 11 Desember 2010

The Letters

PROLOG...

Yang ku tahu, saat dia disisiku aku merasa benar. Saat dia menatap mataku aku menjadi kuat. Asalkan dia ada disini menemaniku, aku akan tetap hidup.

CERITA 1~

Gian berjalan menyusuri pekarangan rumah yang tak asing lagi baginya, melewati pohon cemara yang tercium baunya karena hujan semalam. menuju ruangan yang menjadi saksi perjuangan kekasih tercintanya. Sampai saat ini dia masih tidak percaya akan hal ini, seakan-akan semua ini adalah mimpi yang amat menyakitkan tapi dia tahu ini bukan mimpi dan ini takkan pernah berakhir.

di ruangan itu, sebuah kamar yang amat rapi dan indah, sahabatnya yang selalu ceria itu menumpahkan segala perasaannya. Gian menyusuri tiap benda yang tersusun rapi di meja yang terletak di sebelah jendela kaca besar, dan tepat saat itulah ia melihat beberapa pucuk surat terikat pita satin berwarna kuning senada dengan amplopnya dan beberapa lembar kertas surat yang belum sempat ditulis apapun di atasnya. dia mengambil surat-surat itu, menelitinya, dan membaca tulisan yang menyertai setiap amplop itu.
  "tulisan Atha," pikirnya,"buat siapa semua surat ini?"

gian duduk di sisi tempat tidur, membaca satu persatu tulisan di amplop tersebut. Dan saat itulah baru ia menyadari bahwa surat itu bukanlah untuk dirinya atau orang lain, melainkan untuk Atha sendiri.



gian memasukkan semua surat itu ke dalam tasnya, lalu pergi meninggalkan rumah itu tanpa pamit pada oom dan tante, ayah dan ibu Atha. Satu-satunya tempat yang terpikirkan olehnya hanyalah rumah, walaupun saat ini tak ada seorang pun disana.

cepat-cepat dia mengemudikan mobilnya ke daerah Dago, rumahnya. Rasa penasarannya akan surat itu telah menguasainya. seingatnya, Atha tak pernah mengatakan apapun padanya mengenai surat itu. atha memang pribadi yang sangat tertutup, tapi dia tak pernah menyembunyikan apapun dari Gian. Ya, kecuali fakta bahwa dia menyembunyikan penyakit yang dideritanya kepada Gian.

"Eh, mas Gian tos balik," kata bi Tinah.
"iya bi, orang rumah belum ada yang pulang ya bi?"
"enya, saya pikir mas Gian oge lila di imahna neng geulis," bi Tinah meneruskan,"aya perlu naon mas? aya barang nu katingaleun?"
"enggak bi, saya mau nenangin diri aja di rumah, di sana terlalu banyak orang." Gian ingin segera pergi dari sana tetapi dia merasa tak enak pada pembantu yang disayanginya itu.
"bibi mah teu nyangka mas, neng Atha ayeuna geus teu aya, padahal bibi mah resep pisan ka neng Atha, neng atha teh bageur pisan." rasa kehilangan itu tampak jelas di raut wajah bi Tinah
"kita semua begitu bi, udah ya bi, saya mau ke kamar," Gian memberi senyum sekilas pada bibinya lalu beranjak pergi ke kamarnya.

to be continued**

2 komentar:

i don't hate comment. so comment this post, please. i will be glad..:D