Laman

Sabtu, 12 Februari 2011

An Ordinary Love

Sinar matahari menyusup melalui celah-celah dedaunan itu, menghalangi penglihatanku. hari masih begitu pagi, tetapi mengapa matahari sudah menyilaukan seperti ini? pikirku. hari ini bukanlah hari yang istimewa, tetapi entah mengapa aku merasakan sesuatu yang lain yang akan terjadi nanti. betul saja, angkutan umum yang akan ku naiki untuk sampai ke sekolah sudah jarang terlihat. Sial ! pikirku, sampai kapan aku berdiri disini?

setengah jam lamanya aku menunggu, akhirnya datang satu angkutan umum yang kosong. beruntungnya aku, bukan hanya aku yang menunggu di tempat itu. mobil itu pun melaju, menembus waktu. mengejar setoran yang harus dibayarkan oleh sang supir. untunglah aku tidak terlambat sampai ke sekolah.

aku mempercepat langkahku, melewati jalan yang sudah terlalu sering kulalui sehingga aku menjadi terlalu hafal melewatinya. lalu tepat disana aku melihatnya, berdiri tak jauh dari tempatku. seperti biasa, aku mengacuhkannya. aku pura-pura tidak melihatnya, melewatinya begitu saja, dan secepat mungkin berlari menjauhinya.

begitu sampai di kelas aku menaruh tasku, lalu bergegas menuju taman belakang sekolah. setiap datang dan pulang sekolah sekolah aku memang selalu ke taman ini. taman ini jarang dikunjungi siswa lain, apalagi guru, tetapi menurutku taman ini lebih indah dari taman lain yang ada di sekolahku, memang agak kurang terawat tetapi aku sangat senang disini. di dahan salah satu pohon di taman ini ada sarang burung pipit, aku biasa memberi burung-burung itu remah-remah roti yang aku bawa dari rumah. aku mulai memanjat tiap-tiap dahan di pohon itu agar aku bisa memberi mereka makanan, tiba-tiba aku kehilangan keseimbangan, aku tergelincir di salah satu dahan pohon itu. aku berteriak sebisaku dan memejamkan mataku, bersiap merasakan dinginnya tanah dan rasa sakit saat membentur tanah yang dingin itu. tetapi bukanlah dinginnya tanah yang kurasakan, melainkan sesuatu yang kuat dan hangat menahan tubuhku.

perlahan-lahan ku buka mataku. betapa terkejutnya aku, saat melihatnya. ya, ternyata dia yang menahan tubuhku, dia menangkapku saat aku terjatuh tadi.

"kan udah aku bilang jangan manjat-manjat pohon lagi nanti kamu jatoh, sekarang jatoh kan?" katanya
"turunin aku!" perintahku padanya
"mau ngapain sih kamu manjat pohon terus, mau ngeliatin cowok-cowok sekolah tetangga ya?" godanya, memperlihatkan ekspresi terlukanya.
"turunin aku! emang kamu ga berat apa?" kataku, mulai berontak dalam gendongannya.
"jawab dulu pertanyaan aku, kenapa tadi kamu pura-pura ga liat aku?" tanyanya
Degh! "gapapa, biasa aja tuh. emang kenapa?" kataku, memperlihatkan wajah polosku.
"aku tuh bingung, tiap kita ketemu pagi-pagi kamu tuh pura-pura ga liat aku terus, kenapa sih?" tanyanya, kelihatannya dia semakin penasaran.
"gapapa, bener deh. sekarang turunin aku dulu cobaaa..." rengekku
"iya iya, aku juga udah pegel. ternyata kamu tuh berat juga ya?" katanya sambil menurunkanku.
"lagi siapa suruh gendong aku lama-lama,"
"emang diatas ada apaan sih?" tanyanya
"hemm, liat aja sendiri," kataku sambil tersenyum
"enggak ah, males manjatnya," balasnya tersenyum. Ya Tuhan, aku sangat menyukai senyumnya.

tiba-tiba bel berbunyi, tanda pelajaran akan segera dimulai.
"udah masuk tuh, ayo ke kelas!" ajaknya
"tap tapi.." dia telah menarikku ke kelas sebelum aku menyelesaikan kalimatku..

*******

"maaf ya, tadi aku belum kasih kalian makanan. sekarang aku kasih makan yaa.."

"kamu ngapain lagi sih disitu? tadi udah jatoh juga" kata laki-laki itu
"ahh, berisik kamu," kataku cuek "oh iya, kamu mau liat ada apa kan disini? ayo naik."
"emang boleh? yaudah, aku naik ya." katanya seraya memanjat pohon

cit..ciit..cit.ciit (kaya suara tikus ya???)
"itu suara burung ya?" tanyanya padaku
"iya, aku tiap pagi sama pulang sekolah ngasih mereka makan. mereka bisa bikin aku tenang" aku mulai mengoceh pada kekasihku ini.

"hemm, maafin aku ya soal yang tadi pagi," kataku malu
"yang kamu pura-pura ga liat aku?" katanya asyik bermain dengan burung-burung pipitku
"iya. aku dari dulu ga bisa banget natap orang yang aku suka, ga bisa nyapa. malu abisnya, itu sebabnya aku pura-pura ga ngeliat kamu, terus suka ngilang sendiri. aku takut.." kataku dengan muka yang semakin memerah
"HAHAHAHAHAHAAAA !!!" kenapa dia ketawa cobaa?
"tuh kan, aku cerita malah begitu."
"iya iya..maaf.." katanya "jadi kamu tuh suka sama aku? beneran? tapi akunya ga suka sama kamu tuh."
aku shock "terus buat apa kita jadian 4 bulan ini??" kataku marah "kamu mau mainin aku? terserah kamu aja deh. kita putus aja kalo gitu !"
aku langsung melompat dari dahan itu tanpa pikir panjang, akibatnya "GEDEBUG !" aku terjatuh..

"aduh..aduh.." kataku mengaduh-aduh..
"yang mana yang sakit?" tanyanya panik
"banyak, udah sana jauh-jauh dari aku !" ucapku marah sambil mencoba berdiri, tetapi "aduh !"
"kamu duduk dulu deh, sini." katanya sambil membantuku berdiri.

"wah, ini mah terkilir nih." lalu dia membelakangiku seraya berlutut "naik ke punggung aku"
"eng..enggak ga usah aku bisa jalan sendiri!"
"aduh nih anak, udah cepet. nanti kaki kamu tambah parah" lalu aku naik ke punggungnya.

****

"kamu masih marah? daritadi diem aja"
"menurut kamu?" kataku "kamu kan ga suka sama aku, jadi mending putus aja kan kalo cuma aku yang ngerasain?"
"siapa yang bilang kalo aku ga ngerasain?" lalu dia menurunkanku, menuntunku untuk duduk di salah satu kursi panjang yang tersedia di taman itu. "listen to me, i can't give you an extraordinary love i just can give you an ordinary love. but, i was give you all of my love, so don't leave me alone. understand?"
"really?" aku tak bisa berkata apa-apa lagi
"my sweetheart, you are the one who i loves, and it'll always like that.." katanya sambil menatapku

disanalah, di taman itu, dengan suara burung pipitku yang riang serta cahaya matahari sore hari menyertai. aku yakin dialah yang terbaik untukku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

i don't hate comment. so comment this post, please. i will be glad..:D